Mengenal Eyang Rudolf Puspa Dan Teater Keliling

Eyang rudolf puspa teater keliling

Siapa sosok eyang Rudolf Puspa yang sering muncul saat Teater Keliling naik pentas ? Beliau Anak sulung dari suami istri yang berprofesi sebagai guru SMP ini lahir di Solo 29 Juni 1947.

Masa Kecil Eyang Rudolf Puspa
Rekaman masa bayi yang didengar dari ayahnya serta masa kecil yang masih diingat sangat mempengaruhi kepribadiannya, yakni :
Alm. Ibunya mendekap bayi kecil tengah malam berjalan melalui rel kereta api tanpa takut dengan desingan peluru serdadu Belanda; menuju rumah sakit untuk berobat. Ternyata tak ada dokter jaga dan rumah sakit gelap gulita namun sang ibu tabah mendampingi sang bayi menangis sakit hingga pagi. Sifat ibu yakni semangat pengabdian terekam pada jiwanya.
Ketika harus mengungsi ke kota Ambarawa ia menangis harus berpisah dengan anjing kampung kesayangannya. Dan peristiwa dengan anjing; suatu hari bapaknya yang tidak berani dengan anjing harus dan nekat menggendong anjing anaknya yang diketemukan setelah beberapa lama hilang. Sang anak gembira melihat anjing dan keberanian bapaknya mengorbankan rasa takut dan jijik demi anaknya. Sifat berani berkorban terekam di benak sang anak.

Pendidikan Eyang Rudolf Puspa
Pendidikan yang ditepuh Eyang Rudolf dimulai dari Sekolah dasar S.R Pangudiluhur Bruderan Purbajan Solo setelah kembali dari pengungsian. Lulus tahun 1960. Melanjutkan SMP Bintang Laut dimana mulai kenal pelatihan drama di sekolah. Lulus tahun 1963. SMA Negeri 2 Margoyudan Solo menambah kuat kegiatan drama karena terpilih menjadi ketua teater Margoyudan, sebuah kelompok teater sekolah yang didirikan Slamet Sukirnanto dan Salim Said. Sejak di SMA itulah selain sebagai pemain juga mulai menjadi sutradara. Hijrah ke Jakarta akhir 1967 dengan tujuan kuliah di Akademi Teater nasional Indonesia. Karena ATNI sedang tidak aktif kena dampak peristiwa G30S maka untuk memperdalam teater kemudian memberanikan diri otodidak dan belajar ke perorangan dengan Teguh Karya-Wahyu Sihombing-Pramana PMD-Kasim Achmad-D.Djajakusuma dan menjadi anggota aktif serta asisten sutradara Arifin C Noer yang mendirikan “Teater Ketjil” di Jakarta sejak 1968.

Jalan Seni Eyang Rudolf Puspa
Eyang Rudolf Puspa mempertajam bakat teaternya tahap demi tahap dimulai dengan mengenal Arifin C Noer di Yogya tahun 1964. Dengan sahabat dekatnya, Rulakso, setiap Sabtu malam ke Yogya belajar ke Arifin dan bersambung ketika di Jakarta bertemu lagi dengan Arifin tahun 1968 dan bersamanya hingga th.1974 di teater ketjil . Arifin memberi pengaruh kuat untuk selalu berexperimen dalam teater dan menjadi Indonesia. Arifin lah yang mendorong hingga sampai pada pemilihan hidup untuk sepenuhnya mengabdi pada teater. Hal ini terjadi ketika suatu hari di tahun 1988 beliau menceritakan bahwa ia bermimpi ada satu saja anggota teater ketjil berani menjalani hidup sepenuhnya hanya di teater. Dua tahun sejak itu ketika pulang dari keliling Arifin mengatakan dan menanyakan kembali apa Rudolf Puspa sanggup menjadi salah satu anggota teater ketjil seperti yang dia impikan. Dia tidak minta jawaban hingga wafatnya. Maka sejak itulah dia melangkah membawa amanat tersebut dari guru teaternya hingga sekarang. Hal ini tidak pernah diucapkan kepada siapapun sesuai perjanjian antara keduanya. Namun setelah Arifin wafat, maka tentu tak akan membebani lagi untuk diucapkan melalui biografi ini.

Eyang Rudolf Puspa di Jakarta tempat tinggalnya berpindah pindah. Di sanggar bambu banyak belajar tentang seni musik dengan komponis F.X Sutopo dan belajar seni rupa dengan pelukis Indros yang sangat membantu setiap pementasannya di Jakarta. Kemudian mendirikan “Studi grup Drama Jakarta” tahun 1968 dan berhasil pentas di Bali Room Hotel Indonesia dalam festival teater yang diadakan oleh Teguh Karya. Produksi pertamanya adalah “Perang dan Pahlawan” karya George Bernard Shaw. Ia menjadi pemenang terbaik ke dua.

Berkenalan dengan pelukis Nashar yang nonton pertunjukkan pertamanya itu dan mengajak tinggal di Balai Budaya. Ia banyak belajar dari Nashar tidak terbatas pada kesenian namun juga bagaimana menghidupi diri dan kesenian dalam suasana kehidupan yang begitu sulit waktu itu. Nashar mengajarkan pelatihan penghayatan , menempa batin dan rasa untuk menjadi peka karena inilah daya utama bagi penciptaan karya seni. Nashar tidak bisa menunjukkan bagaimana menggunakan bagi seni acting, maka kemudian dicarinya sendiri. Latihan tiap malam hingga pagi selama keberadaannya di Balai Budaya tahun 1967- 1974. Nashar menjadi orang tua keseniannya hingga beliau wafat.

Komunitas Eyang Rudolf Puspa
Pada tahun 1968 bersama L.K Ara mendirikan “Teater Balai Pustaka” dan turut festival di GKJ dan menjadi juara ke tiga. Pada 1968-1971 menjadi stage crew di Taman Ismail Marzuki atas permintaan D Djajakusuma yang juga adalah gurunya di mana ia menimba ilmu teater tradisional. Banyak mendapat bimbingan serta sering dibantu keuangan pada awal awal berdirinya teater keliling. Pada pembukaan TIM Nopember 1968 ia terpilih menjadi pemain kedua utama bersama Sukarno M Noor membawakan drama karya Putu Widjaja; “Lautan Bernyanyi” dengan sutradara Pramana PMD. Sangat membekas kebanggaannya bisa bermain dengan aktor besar di masa itu.

Pada tahun Th.1974 mendirikan “Teater Keliling” bersama Dery,Buyung,Paul Pangemanan dan didukung Saraswaty, Jajang C Noer, Willem Patirajawane, Hidayat, Syaeful Anwar, RW Mulyadi. Sejak itu aktif sepenuhnya menjadi sutradara Teater Keliling hingga saat ini. Sudah lebih 200 naskah drama disutradarai dan ribuan kali pentas hingga saat ini. Sudah keliling seluruh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Australia, Rumania, Korea, Pakistan, Mesir, Jerman. Tahun 1984 Keliling Eropa barat selama 4 bulan untuk memperdalam teater modern.

Eyang Rudolf Puspa Sebagai Pelatih Teater
Pada Th. 1979 menjadi pelatih teater di SMA 11, SMA 3 teladan , Lab School dan kelompok SMA 11 berhasil menjuarai festival teater remaja yang dimulai tahun itu di Jakarta. Juga menjadi juri festival puisi, teater remaja hingga sekarang. Aktif membina ekskul teater di SMAN 21,SMAN 53, SMAN59, SMAN 92, SMAN 103, 107, SMK Taruna Bangsa Bekasi, Labschool Rawamangun, SMA Regina Pacis, MTs Neg 6, 20,24, Jaya Suprana School of performing arts.

Pernah melatih teater anak anak di Istana anak anak TMII, melatih teater di Sabah, Malaysia dan setiap keliling di mancanegara selalu membuat pelatihan teater. Turut membidani berdirinya kelompok Teater anak-anak DKI dan terpilih menjadi ketua persatuan teater anak anak se DKI th.1992-1995. Mengadakan festival teater anak anak se DKI.

Sejak 1999 mendapat kepercayaan menjadi pembimbing pelatihan teater oleh Pusat Bahasa Depdiknas (sekarang badan bahasa). Setiap bulan bahasa yakni bulan Oktober melatih teater bagi murid 25 SMA di Jakarta. Sejak tahun 2002 selain pelajar juga guru SMA 25 sekolah. Kemudian tahun 2002 turut membidani berdirinya “Teater Guru” di Jakarta sebagai hasil olahan selama bengkel teater di Pusat bahasa untuk guru guru dan menjadi pelatih Teater Guru. Sering dikontrak sebagai sutradara tamu di Teater Al Izhar, Tarqi I dan II, SMA Don Bosco Kel Gading dan Pondok Indah, The Journey drama musikal GYS.. Oleh Pusat bahasa sejak 2004 dikirim ke daerah daerah untuk melatih siswa dan guru sma dan ditutup dengan pementasan hasil pelatihan.

Eyang Rudolf Puspa Sebagai Sutradara
Mengikuti festival teater internasional di :
– Indian ocean arts festival di Perth Australia 1979.
– Singapura drama festival 1981.
– The international festival for young professional theater di Sibiu Romania 1994
Menjadi pemenang pemain wanita terbaik 2.
– The sixth Cairo international festival for experimental theater, Cairo 1974
– First international drama festival di Lahore Pakistan 1996
– The eight Cairo international festival for experimental theater di Cairo 1996
– International performing arts di Bangkok 1997.
– The 2nd Asian theatrical festival di Pusan Korea selatan 1997.
– Frankfurt , Berlin Germany Oktober 2015

Sutradara Teater keliling sejak 1974 hingga sekarang.
Telah menyutradarai lebih 100 naskah karya terjemahan, saduran, penulis dari dalam negeri dan karya sendiri.
Produksi pentas keliling ke seluruh propinsi, kabupaten, kota, kecamatan, desa di seluruh Indonesia sejak 1974 hingga sekarang. Produksi pentas ke luar negeri sejak 1975 hingga sekarang.

Eyang Rudolf Puspa Sebagai Penulis
Beberapa naskah besar telah ditulis selama berkeliling yakni : Jing Jong (1978), Para Topeng (1979), Wayang (Dalang siapa dalang)(1979), Ken Arok (1989), Konser Raya (1991), The expression (1996), Klinik Jiwa (2002), We are the world (2004), Klinik Jiwa jilid dua (2009)The Great Rahwana (2018). Jas Merah (2012), Sang Saka (2016), The Topengs (2019),
Naskah pendek Reketek Reketek (1979), Suara Kartini (1982), Ken Arok (1990), Sang Limbah (1992), Seminar kaki empat (2002),Napak Tilas (2002), Calonarang (2003), Yang Muda Bicara(2004), Sang Limbah (2004), Sepotong Asa di Kala senja (2004), Reog Ponorogo(2005), Ruang Perpus (2005), Sepotong asa kala senja (2004), Tanpa tanda jasa (2007),Tukang ketoprak (2007), AIUEO (2008), Gebyar kibar benderaku (2008), Berdoa dan belajar (2009), Berkibar benderaku (2009), Slogan gairah merdeka (2009), Simponi anak jalanan (2009), Study group (2009), The young study (2009), Amai Setia (2010), Bumi memanas (2010), Selingkuh (2010), Cantik lahir batin (2011), Ande-ande lumut (2011, Pedang keadilan (2011), Tanah harapan (2012), Pelangi negeriku (2013), Remaja nasionali (2013), Sang dwi warna (2013), GenderangThamrin (2014), Genderang jiwa muda (2014), Padamu kami berjanji (2015), Si Malin Kundang (2015), Setia kawan (2015), Behind the scene (2016), Perumusan naskah proklamasi (2016), Behind the masks (2017), Dibalik topeng (2017), Pejuang pendidik (2017), Anak bangsa (2018), Bajak Lautan (2018), Bermain dan belajar (2018), Kartini sang pendidik (2018), Cerita ibu pada anaknya (2018), Srikandi kembar (2018), Karya Rudolf Puspa (2019), Yang satu itu cinta (2019), Carut marut (2021), Dua hati yang satu (2021), Jewer (2021), Mata (2021), Oalah Yu Mi-Mi Yu Tu (2021), Tradisi toleransi (2021), Kursi kursi (2021)
Naskah monolog juga ditulis seperti Akhir tahun (2016), Baca Makalah (2016), Monolog 69 (2016), Aku adalah (2017), Senandung kereta tua (2019), Hatedu 2021 (2021), Kidung sunyi (2021), Misteri Lupa (2021), Nenek moyangku (2021), Siapa mereka (2021), Ngrumpi (2021).
Menulis naskah drama karena kebutuhan batiniah serta pemikirannya tentang apa yang ditangkap dalam perjalanan kelilingnya sering tidak menemukan karya pengarang naskah yang tepat.
Beberapa saduran juga dilakukan seperti Bantal Ajaib karya Yukio Misima, Badak Badak karya Eugene Ionesco, Komidi Don Yuan karya Moliere, Romeo Juliet dan Saudagar Venesia serta Cinta Peri laku panas (A Midsummer night’s dream )karya W.Shakespere, Yang Mulia Sampar karya Albert Camus, Lingkaran kapur putih karya Bertolt Brecht.
Menulis buku tentang perjalanan teater keliling 38 tahun dengan judul “Sang Pioner” terbit Desember 2012.
Menulis buku “langkah awal menjadi pemain dan sutradara”. (2002)
Menulis artikel tentang teater, kebudayaan, sosial di berbagai koran, majalah, majalah online.

Penghargaan Untuk Eyang Rudolf Puspa
Mendapat penghargaan sebagai aktor dan sutradara dari dalam dan luar negeri. Hal yang sangat kuat memberi motivasi untuk tetap bertahan di dunia teater hingga kini.
• Penghargaan dari Kementerian Kebudayaan Malaysia 1975.
• Penghargaan dari Universiti Malaya bidang kebudayaan 1976
• Penghargaan Lingkungan oleh Kementerian lingkungan hidup 1984 dan 1992.
• Penghargaan dari Pusat Bahasa Kemendikbud 1979-2008
• Penghargaan MURI 28 Juli 2010.
• Penghargaan dari Gothe Universiteit Frankfurt 2015.
• Penghargaan dari KBRI di Berlin 2015.
• Penghargaan dari Federasi Teater Indonesia 26 Desember 2016 sebagai Abdi Abadi.
• Penghargaan 35 tahun Bentara Budaya 26 September 2017 sebagai Pegiat teater-Jakarta.
• Penghargaan dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbud 2018 sebagai sutradara teater.

Exit mobile version