Press release : Imam Sabadalak produksi Nara Teater (2025) berisi percakapan-percakapan para imam dengan siswa sekolah rumah ibadah negeri Sabadalak. Para Imam menyampaikan ajaran-ajaran hidup dengan penuh kuasa kepada para siswa sebagai calon pemimpin. Maksud pengajarannya jelas yakni supaya kelompok para imam ini terus berkuasa dalam segala keagungannya.
Caranya dengan tetap membuat masyarakat betah dengan kondisi kebodohan dan keterbatasannya. Masyarakat harus tetap miskin supaya terus tergantung pada mereka. Pemberontakan kaum kecil dihadapi dengan merapatkan diri, berkongkalikong dengan para petinggi negeri.
Protes kaum kecil tak lebih dari suara latah kawanan kecoa yang masuk kiri keluar kanan. Suara rombeng yang jual murah sekalipun tak akan dibeli. Sedang para imam dan penguasa terus bersulang demi perut yang semakin gendut, demi daging yang kian empuk, demi bibir yang kelewat tebal dan demi ambisi yang kian ranum.
Pertunjukan Imam Sabadalak cerewet-penuh olok sebagai cara memeriksa sekaligus menghadirkan dunia yang kian cerewet dan terasa mengolok-olok kita. Melihat muka buruk kita seraya menertawakannya (tanpa harus marah apalagi membelah kaca cermin itu).
Teks Imam Sabadalak ditulis dan disutradarai oleh pendiri Nara Teater: Silvester Petara Hurit.