Dr. Lailatul Musyarofah Perjuangkan Perempuan di Forum Pendidikan Dunia

Dr Lailatul Musyarofah perjuangkan pendidikan perempuan

Sosok Dr. Lailatul Musyarofah, M.Pd., dosen Universitas PGRI Delta Sidoarjo sekaligus Ketua Perempuan PGRI Provinsi Jawa Timur, kembali menjadi sorotan dunia pendidikan internasional. Ia bersama dua pendidik Indonesia lainnya — Wijaya, Kepala SMP Negeri 3 Warunggunung (Banten), dan Maksimus Masan Kian, Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur (NTT) — tampil mewakili Indonesia dalam John Thompson Fellowship (JTF) Evaluation 2025 yang digelar Education International Asia Pacific (EI-AP) di Bangkok, Thailand, pada 10–16 September 2025.

Ketiganya menjadi bagian dari 19 peserta terpilih dari enam negara: Indonesia, Malaysia, Filipina, India, Taiwan, dan Mongolia. Forum bergengsi ini menjadi wadah pembelajaran kolaboratif bagi pemimpin organisasi guru dari berbagai negara untuk memperkuat peran guru sebagai motor perubahan pendidikan global.

Dalam kegiatan yang berlangsung intensif dari pagi hingga sore selama tujuh hari itu, Dr. Lailatul Musyarofah menegaskan pentingnya pendekatan pembelajaran yang reflektif dan berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan.

“Pendekatan pembelajaran JTF sangat interaktif dan reflektif. Kami tidak hanya belajar teori, tapi juga menelaah nilai-nilai kepemimpinan yang humanis dan setara,” ujarnya saat berbagi pengalaman dari Bangkok.

Para fasilitator dari Kanada, Australia, Swedia, dan tim EI-AP mengemas pelatihan dengan metode partisipatif. Peserta diajak untuk berdialog, berefleksi, dan mengembangkan visi kepemimpinan yang berpihak pada guru dan peserta didik.

Dalam forum tersebut, PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) mendapat kehormatan untuk mempresentasikan dua tema penting: Keterlibatan Guru Muda dalam Kepengurusan dan Digitalisasi Keanggotaan.

Presentasi itu menggambarkan wajah baru organisasi guru Indonesia yang tengah bertransformasi menuju era digital dan memperkuat peran generasi muda dalam kepemimpinan organisasi.

Antusiasme peserta forum pun tinggi. Perwakilan dari National Union of the Teaching Profession (NUTP) Malaysia bahkan menyatakan ketertarikan untuk melakukan studi tiru terhadap sistem keanggotaan digital PGRI.

“Azizan dari NUTP sudah menyampaikan langsung niatnya kepada kami,” ungkap Wijaya, bangga.

Lebih dari itu, perhatian peserta tertuju pada semangat advokasi dan solidaritas yang menjadi jantung perjuangan PGRI — dari kesejahteraan guru, bantuan hukum, hingga pemberdayaan perempuan dalam kepemimpinan pendidikan.

Usai kembali ke Tanah Air, semangat kolaboratif yang dibawa Dr. Lailatul Musyarofah tidak berhenti di Bangkok. Bersama PGRI Kabupaten Flores Timur, ia menjadi pembicara kunci dalam webinar bertema “Women Empowerment and Love-Based Leadership” yang digelar pada 27 September 2025.

Webinar ini menghadirkan empat perempuan inspiratif dari Nusa Tenggara Timur:
1) Aplunia Dethan, M.Pd. (Ketua PGRI Kota Kupang)
2) Ribka Rolentiana Kekado, S.Pd., M.Si. (Ketua PGRI Kabupaten Kupang)
3) Ariance B. Joru, S.Pd. (Ketua PGRI Cabang Ile Mandiri)

Kegiatan tersebut disambut positif oleh Direktur Regional EI-AP, Ketua Umum PB PGRI, serta **PGRI Provinsi NTT, sebagai tindak lanjut nyata semangat JTF dalam memperkuat kepemimpinan berbasis cinta dan kolaborasi lintas daerah.

“JTF memberi kami pandangan baru sekaligus tantangan untuk menjadi pemimpin muda yang visioner dan inovatif,” ujar Wijaya.

“Forum ini bagaikan bara api yang menyalakan semangat untuk terus menghidupkan organisasi dan memperjuangkan kepentingan guru tanpa henti,” tambah Maksimus Masan Kian.

Momentum Hari Guru Sedunia 2025 yang mengusung tema “Recasting Teaching as a Collaborative Profession” terasa semakin bermakna bagi para peserta JTF asal Indonesia. Tema tersebut sejalan dengan nilai-nilai yang diperjuangkan Dr. Lailatul Musyarofah dan rekan-rekannya: kolaborasi, kesetaraan, dan solidaritas profesi guru.

“Tidak ada negara yang bisa membangun pendidikan berkualitas tanpa membangun komunitas guru yang saling belajar, saling mendukung, dan saling menginspirasi,” ujar Dr. Lailatul Musyarofah dalam refleksinya.

Dari Tanah Abang ke Bangkok, dari kelas sederhana di Flores Timur hingga panggung internasional EI-AP, ketiga guru Indonesia ini membuktikan bahwa guru Indonesia mampu berdiri sejajar di panggung dunia — bukan sebagai penonton, melainkan sebagai pembelajar sejati dan pemimpin perubahan.

Dr. Lailatul Musyarofah, M.Pd. dikenal sebagai akademisi dan aktivis pendidikan yang konsisten memperjuangkan pemberdayaan guru perempuan di Indonesia. Selain mengajar di Universitas PGRI Delta Sidoarjo, ia juga aktif dalam berbagai forum nasional dan internasional yang membahas kepemimpinan pendidikan berbasis empati, kolaborasi, dan kesetaraan gender.

Keterlibatannya dalam program John Thompson Fellowship Evaluation 2025 menegaskan komitmennya untuk memperkuat kapasitas organisasi profesi guru agar lebih responsif terhadap tantangan zaman.

Perjalanan Dr. Lailatul Musyarofah bersama PGRI menjadi pengingat bahwa investasi terbesar dalam pendidikan adalah guru itu sendiri — guru yang mau belajar, berbagi, dan berani berdiri sejajar di panggung dunia.

Dari ruang kelas hingga ruang konferensi internasional, semangatnya menjadi simbol bahwa pendidikan tidak berhenti di papan tulis, melainkan terus hidup dalam setiap upaya memperjuangkan kemanusiaan dan masa depan bangsa.

Exit mobile version