Nara Teater Bertemu Penulis Novel “1965” Ambuga Lamauran di Kupang
- account_circle Moh. Zaini Ratuloli: Guru SMK Sura Dewa Larantuka, pegiat literasi, seniman teater, penulis media nasional.
- calendar_month Sen, 15 Des 2025
- visibility 53
- comment 0 komentar

Nara Teater – Sebuah insiden kecil dalam perjalanan ternyata membawa berkah besar bagi rombongan Nara Teater. Rombongan seni yang sedianya telah tiba di Larantuka pada Sabtu (13 Desember 2025) terpaksa harus menginap semalam di Kupang karena mengalami keterlambatan penerbangan ( delay ) dari Bali. Keterlambatan ini berakibat fatal saat transit, menyebabkan Nara Teater ketinggalan pesawat menuju Larantuka.
Beruntung, pihak maskapai penerbangan menunjukkan tanggung jawab penuh, memfasilitasi akomodasi bagi rombongan untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Larantuka keesokan harinya.
Pertemuan Historis di Hotel Crysant
“Kesialan” perjalanan ini justru menjadi momen istimewa bagi Nara Teater. Untuk pertama kalinya, rombongan teater ini berkesempatan bertemu langsung dengan Ambuga Lamauran, penulis novel fenomenal “1965”. Pertemuan ini terasa sangat signifikan mengingat karya Ambuga Lamauran tersebut baru saja diadaptasi dan dipentaskan oleh Nara Teater dalam ajang Festival Teater Indonesia (FTI) 2025 di Lombok.
Ambuga Lamauran datang menjumpai rombongan Nara Teater di Hotel Crysant, tempat mereka menginap sementara, sekitar pukul 19.00 WITA, menjelang waktu makan malam.
Diskusi Mendalam tentang Trauma Kolektif Adonara
Pertemuan yang penuh kehangatan itu segera berlanjut menjadi diskusi yang mengalir dan mendalam. Nara Teater dan Ambuga Lamauran bertukar cerita tentang proses pementasan di FTI 2025 yang disutradarai oleh Silvester Petara Hurit, yang telah mengalihwahanakan novel “1965” ke dalam bentuk teater.
Diskusi lantas menyoroti narasi di balik karya tersebut, khususnya cerita-cerita yang berkaitan dengan peristiwa 1965 yang terjadi di Adonara. Novel ini mengangkat isu trauma kolektif yang hingga kini masih menghantui, serta efek domino berkepanjangan dari tragedi kelam pembunuhan massal di masa itu—sebuah peristiwa yang melukai baik pihak korban maupun pelaku yang pada akhirnya juga menjadi korban.
Pentingnya Mengingat Sejarah
Ambuga Lamauran dan Nara Teater menyepakati betapa pentingnya sejarah untuk tidak dilupakan. Melupakan sejarah, menurut mereka, berisiko besar menyebabkan terulangnya kembali hal-hal buruk yang pernah terjadi di masa lalu. Oleh karena itu, para cendekiawan dan seniman memiliki tanggung jawab moral untuk terus mengingatkan publik.
Diskusi inspiratif ini harus terhenti karena rombongan Nara Teater telah menerima undangan lain dari sahabat dan komunitas di Kota Kupang. Meskipun singkat, pertemuan tak terduga ini memberikan pengayaan kontekstual yang berharga bagi Nara Teater dalam mengapresiasi dan mementaskan karya-karya yang mengangkat isu kemanusiaan dan sejarah.
- Penulis: Moh. Zaini Ratuloli: Guru SMK Sura Dewa Larantuka, pegiat literasi, seniman teater, penulis media nasional.
- Editor: AI Editor - Gemini 3.0

Saat ini belum ada komentar